Membangun Pengenalan Kehidupan Kampus yang Humanis
Mahasiswa baru adalah individu yang sedang berproses menuju kematangan pribadi. Mereka, pada umumnya saat memasuki dunia
kampus, belum mengenal proses belajar-mengajar, juga belum mengetahui
sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mendukung proses belajar
di Kampus. Selain itu mahasiswa baru juga belum mengenal civitas
akademika yang akan berinteraksi dengan mereka selama menempuh
pendidikan. Untuk itu perlu adanya kesiapan psikologis maupun sosial
agar dapat beradaptasi secara cepat dengan proses belajar-mengajar di
dalam kampus. Salah satu karakteristik yang banyak dijumpai pada diri
mahasiswa adalah secara psikologis belum siap untuk melaksanakan proses
pembelajaran pendidikan tinggi yang berbasis pada otonomi keilmuan dan
kebebasan mengembangkan mimbar akademis, untuk menemukan serta
membawakan dirinya sebagai model intelektual dalam bermasyarakat di kemudian hari.
Berdasarkan fenomena yang ada pada diri
mahasiswa baru, maka kesiapan mahasiswa baru dalam hal akademis,
psikologis serta normative-etis untuk memasuki kehidupan kampus sangat
penting bagi keberhasilan pendidikan mereka. Oleh karena itu maka
mahasiswa baru perlu dipersiapkan sebaik-baiknya. Disisi lain, fakta
menunjukkan bahwa proses pembimbingan terhadap mahasiswa baru untuk
mengantarkan ke kehidupan pendidikan tinggi sangat beragam. Setiap
kampus mengembangkan model pengenalan kampus sesuai dengan intepretasi
masing-masing terhadap nilai kepentingan pembimbingan mahasiswa baru
dalam memasuki tradisi kehidupan kampusnya. Namun, proses pengenalan
kampus yang sangat beragam tersebut tidak dilandasi kajian ilmiah dengan
berbagai tujuan esensi penyiapan psikologis-sosial yang sangat
diperlukan untuk menunjang keberhasilan mengikuti pendidikan tinggi.
Akibatnya dalam praktek penerimaan mahasiswa baru telah terjadi
penyimpangan “tradisi”. Antara lain berupa : pelanggaran norma dan etika
kesantunan kehidupan, arogansi kekuasaan dan kekerasan fisik dengan
akibat kesakitan psikis maupun fisik, bahkan sering menimbulkan adanya
korban jiwa yang tidak ternilai harganya.
>Pengenalan kehidupan kampus atau lebih tenar disebut dengan ospek merupakan salah satu cara bagi sebuah kampus dalam mengenalkan berbagai kualitas yang dimiliki oleh kampus tersebut kepada mahasiswa baru. Berdasarkan Panduan Umum Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) tahun 2003 mewajibkan seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia melaksanakan sebuah Pengenalan Kehidupan Kampus yang berlaku pada masing-masing Perguruan Tinggi dengan tetap berpedoman pada panduan dari Dikti.
>Pengenalan kehidupan kampus atau lebih tenar disebut dengan ospek merupakan salah satu cara bagi sebuah kampus dalam mengenalkan berbagai kualitas yang dimiliki oleh kampus tersebut kepada mahasiswa baru. Berdasarkan Panduan Umum Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) tahun 2003 mewajibkan seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia melaksanakan sebuah Pengenalan Kehidupan Kampus yang berlaku pada masing-masing Perguruan Tinggi dengan tetap berpedoman pada panduan dari Dikti.
>Perubahan istilah yang awalnya
bernama Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (ospek) bertujuan untuk
menghilangkan kesan negatif yang telah lama melekat. Perubahan istilah
ini juga diikuti dengan perubahan sistem pelaksanaan pengenalan
kehidupan kampus yang dulunya kerap menjadi momok yang menakutkan bagi
mahasiswa baru. Sebab, sampai sekarang walaupun telah berganti istilah
dengan sistem pelaksanaan yang jauh lebih bisa dikatakan manusiawi tetap
saja menimbulkan kesan negatif diantara mahasiswa baru. Padahal,
sekarang ini pengenalan kehidupan kampus tidak lagi menerapkan sistem
perpeloncoan seperti yang telah banyak disaksikan oleh sejarah. Melihat
pada panduan umum pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru yang
dikeluarkan Dikti terlihat bahwa tujuan umum dari kegiatan pengenalan
kampus merupakan suatu upaya memperkenalkan mahasiswa baru pada kegiatan kampus.
Sehingga, mahasiswa baru akan menjadi lebih cepat untuk beradaptasi
dengan kehidupan kampus. Pengenalan kehidupan kampus diadakan bukan
sebagai ajang perpeloncoan ataupun ajang untuk tampil “eksis”, namun
sebagai ajang perkenalan bagi mahasiswa baru. Oleh sebab itu, perasaan
yang muncul haruslah perasaan senang dan bangga dalam menjalaninya,
bukan perasaan terpaksa dan tertekan. ![DSC_0552_thumb[4]](http://i0.wp.com/www.imadiklus.com/wp-content/uploads/2012/09/DSC_0552_thumb4-300x208.jpg?resize=300%2C208)
![DSC_0552_thumb[4]](http://i0.wp.com/www.imadiklus.com/wp-content/uploads/2012/09/DSC_0552_thumb4-300x208.jpg?resize=300%2C208)
>Kegiatan pengenalan kehidupan kampus
atau yang sejenis merupakan hajat Rektor selaku pimpinan tertinggi
Universitas untuk mengenalkan kehidupan kampus sehingga mahasiswa
memiliki kesiapan dalam menempuh studinya. Sehingga, segala kebijakan
dalam semua unit harus mengikuti ketentuan dari pihak universitas. Dalam
kebijakan Universitas diterangkan bahwa terhindar dari berbagai bentuk
perpeloncoan, pemaksaaan, pelecehan, kekerasan, pemberian tugas di luar
kewajaran (di luar kondisi dan daya jangkau peserta) objektivitas,
rasionalitas, dan hubungan insan yang edukatif. Pakaian, kostum, dan
atribut mengandung nilai-nilai keterpelajaran dan kewajaran kehidupan
mahasiswa kampus. Sehingga akan terhindar dari penggunaan bahan-bahan
dan bentuk atribut yang tidak menjunjung tinggi keterpelajaran, seperti
pakaian berbahan karung bekas, topi berbahan kertas Koran dan
lain-lainnya.
>
Di
alam reformasi pendidikan tinggi yang berbasis kompetensi dan otonomi
penyelenggaraan kampus, adanya hal-hal paradoksional dalam penerimaan
mahasiswa sebagai warga baru kampus harus diakhiri. Proses perubahan
dari pola lama penerimaan mahasiswa sebagai warga baru oleh masyarakat
kampus juga dirubah, dari ketentuan yang terikat dengan berbagai
peraturan menjadi tindakan kesepakatan atas dasar ketentuan yang telah
ada, mengacu pada kaidah kesantunan dan kearifan masyarakat akademis
kampus. Melihat fakta lapangan, maka patut kiranya mempertanyakan
kembali pertanyaan-pertanyaan diawal. Bila Pengenalan Kehidupan Kampus
tidak berjalan sesuai dengan tujuan awal, lantas siapakah yang patut
dipersalahakan? bisa menjadi salah satu sarana dalam pencapaian
mahasiswa yang berkualitas baik dari segi intelektual maupun emosional
dan spiritual. Bila seseorang memasuki lingkungan yang baru, dibutuhkan
waktu sebagai proses beradaptasi. Begitu pula dengan mahasiswa baru.
Akan tetapi, bila proses adaptasi ini tidak dibarengi oleh keadaan
lingkungan yang mendukung, bisa jadi terjadi pemahaman serta penafsiran
yang salah. Seperti halnya bila mahasiswa baru menganggap bahwa kegiatan
tersebut tidak lain merupakan ajang senioritas saja, maka tidak ada
kesan baik yang ditimbulkan. Bahkan bisa saja kegiatan pengenalan
kehidupan kampus yang berlangsung selama ini hanya dianggap membuang
waktu, tenaga, pikiran serta biaya saja tanpa ada proses belajar
didalamnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar